It’s Democrazy!!!

27 06 2009

Negara kita dipuji Amerika si gembong demokrasi sebagai negara yang sangat demokratis. Bangga? Sebaiknya jangan! Apa yang mau dibanggain kalo rakyat kita masih banyak yang miskin, mati kelaparan, pengangguran, gak berpendidikan. Kenapa juga musti bangga ketika utang Indonesia masih nunggak, bunganya aja 1400 trilyun rupiah, lebih parah dari utang lo dikantin paman sekolah (ya iyalah!). Emang aneh, ternyata demokrasi yang selalu digembor-gemborkan sebagai sistem yang terbaik ternyata gak mampu mensejahterakan bangsa kita. Kenapa?

Demokrasi vs Kesejahteraan

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi itu pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Sejatinya, segala sesuatu dalam pemerintahan harus sesuai kehendak rakyat. Semua rakyat pasti pengen hidup sejahtera. Nah, kalo gitu seharusnya dengan demokrasi kita bakalan bisa sejahtera dong!

Tapi, kenyataan bicara lain bung. Demokrasi kayak sekarang ini malahan menyengsarakan rakyat. Kita alami sendiri, di jaman reformasi ini malahan semuanya makin susah aja. Contohnya, ketika harga BBM naik harga bahan pokok juga naik. Penghasilan rakyat yang sebagian besar pas-pasan, gak cukup buat mencukupi kebutuhan. Akibatnya banyak yang jatuh miskin. Karena miskin, jadi kelaparan dan sakit-sakitan. Karena sakit, musti berobat ke rumah sakit yang biayanya mahhaaalll! Kalo gak punya duit, masih bisa ke Ponari. Masalahnya, praktek si Ponari gak diijinin lagi sama pemerintah dan ditutup. Jadi, mau gimana lagi!? Hidup jadi makin gak masuk akal.

Kenapa BBM naik, padahal rakyat udah jelas gak mau itu terjadi? Itu karena para anggota dewan, wakil rakyat, setuju-setuju aja akan hal itu. Kan yang bikin kebijakan wakil rakyat. Kenapa biaya berobat mahalnya minta ampun? Karena pemerintah, wakil rakyat gak bikin undang-undang yang menggratiskan kesehatan yang seharusnya wajib digratiskan. Yang ada mereka biarin aja rumah sakit diliberalisasi, sehingga rumah sakit bebas nyari keuntungan sendiri dari pasien-pasiennya. Kenapa rakyat juga banyak yang miskin, padahal sumber daya alam kita banyak dan berlimpah? Cih, lagi-lagi gara-gara wakil rakyat!! Seenaknya mereka bikin undang-undang kayak UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Minerba, dan yang lainnya yang intinya membolehkan pihak kapitalis asing ngerampok harta kita, sumber daya alam itu. Padahal itu milik kita, milik rakyat! Seenaknya banget mereka serah-serahin sama orang asing, emangnya sumber daya alam itu punya bapak mereka apa!

Jelas banget kalo kebijakan yang mereka bikin gak sesuai dengan kehendak rakyat sama sekali. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat hanya menguntungkan diri mereka sendiri, atau menguntungkan kelompok-kelompok tertentu seperti pengusaha dan pihak asing. Kenapa bisa begitu?

Udah rahasia umum, kalo mau jadi anggota dewan, semisal caleg, itu perlu dana yang sangat besar, yang gak mungkin cukup dari penghasilan mereka aja. Para politisi itu minta-minta sama pengusaha atau kelompok bisnis lain agar didanai oleh mereka saat kampanye. Akibatnya ketika terpilih mereka mau saja melayani kepentingan pengusaha (bisnis) dibanding kepentingan rakyat banyak. Jadi, demokrasi itu sarana buat pengusaha dan politisi supaya bisa makin kaya, namun rakyat hanya menderita dan ternganga.

Anehnya, walau udah tau kesejahteraan tak kunjung datang, demokrasi tetap aja dengan enjoynya dilaksanakan. Ketika sebenarnya masih sangat banyak kebutuhan rakyat tak dipenuhi, pemerintah dengan mudahnya menggelontorkan dana sebesar puluhan trilyun rupiah untuk mengadakan pemilu 2009. Bahkan kalo dihitung, penyelenggaraan pemilu dan biaya yang dikeluarkan para caleg maupun partai mencapai Rp 50 triliun (jangan salah, ini duit semua coy)! Ini hampir sama dengan anggaran untuk mengatasi kemiskinan yang berjumlah Rp 57 triliun. Padahal rakyat gak merasakan langsung dana sebesar itu.

Pemilu yang mubazir ini pun gak menjamin bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Buktinya pada pemilu sebelumnya begitu banyak janji-janji yang diumbar para caleg, capres maupun partai tapi nyatanya janji itu sebatas diucapkan begitu saja untuk melengkapi pidato kampanye mereka. Hampir gak ada janji-janji itu yang benar-benar mereka tepati. Nah, banyak rakyat sekarang gak mau ketipu lagi untuk kesekiankalinya. Mereka udah bosen dengan omong doangnya para politisi. Akibatnya banyak rakyat yang cuek, bersikap masa bodoh dengan pemilu ini. Itu bisa dilihat dari tingginya angka golput di berbagai pilkada maupun pemilu legislatif 2009 tadi. Bahkan, angka golput pemilu tadi mencapai 30%! Yes, artinya kemenangan pemilu bukan di tangan partai manapun, tetapi golputlah yang keluar sebagai jawara.

Karena demokrasi tetap saja diterapkan, makanya krisis di negeri ini gak usai-usai biarpun orde baru udah runtuh. Ironisnya, para anggota dewan punya mobil mewah sampai 3 buah, rumahnya begitu megah, dan memiliki penghasilan yang wah. Belum lagi mereka juga mendapat berbagai tunjangan lain seperti kenaikan gaji atau laptop seharga puluhan juta rupiah, dan sayangnya laptop itu cuma dipakai buat main soliter belaka. Padahal, itu semua juga berasal dari duit rakyat.

Demokrasi = Khayalan

Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang punya wewenang tertinggi dalam urusan negara, dan menentukan kebijakan bagi diri mereka sendiri. Pokoknya, apa maunya rakyat, itulah yang harus dilaksanakan.

Demokrasi sebenarnya lahir pada abad ke 5 SM di Yunani. Pada waktu itu dalam sejarah pemikiran politik barat di Yunani telah muncul Negara Negara kota-city state. Jumlah penduduknya menurut Herodotus dan Aristophanes, sekitar tiga puluh ribu orang. Karena itu komunikasi politik tidak terlalu sukar dilakukan dalam negara kota tersebut dan sistem Demokrasi Langsung bisa dilaksanakan secara baik di negara-negara kota itu. Orang-orang Yunani telah mengamalkan demokrasi di kota Athas dan Sparta. Keseluruhan rakyat lelaki secara langsung terlibat didalam pemerintahan, dimana mereka akan berkumpul diperhimpunan umum dan bermusyawarah didalam semua urusan pemerintahan. Mereka akan melantik seorang ketua dan akan merancang serta mensahkan undang-undang menjalankan segala perlaksanaanya dan menjatuhkan hukuman terhadap pelanggarnya. Namun demokrasi ini telah tamat bersamaan dengan tamatnya kerajaan kota Athas (Athena) dan Sparta. (www.zonapikir.co.nr)

Kalo demokrasi yang sebenarnya adalah yang seperti itu, rasanya gak mungkin demokrasi bisa diterapkan, dimanapun tempatnya. Apalagi di Indonesia yang berpenduduk ratusan juta jiwa.

Artinya demokrasi hanyalah ilusi yang gak mungkin diwujudkan, sama gak mungkinnya kalo Indonesia bisa juara piala dunia sepakbola 2010. Istilah pemerintahan rakyat hanyalah jargon untuk menghibur rakyat yang gak tau apa-apa, supaya mereka merasa dianggap dalam pemerintahan.

Gimana dengan sistem perwakilan? Hahaha, sama aja, perwakilan yang ada dalam ‘demokrasi’ ini pun adalah hal yang gak masuk akal. Mana mungkin 1 orang anggota dewan mewakili aspirasi ratusan ribu orang sekaligus. Yang ada para ‘wakil-wakilan’ itu menganggap apapun keputusan parlemen harus disetujui oleh rakyat yang udah memilih walaupun keputusan itu merugikan rakyat. Terbukti lagi, kalo ‘democrazy’ emang cuma tontonan bodoh bagi rakyat. Mengharap kesejahteraan dari sistem bobrok ini jelas gak bakalan bisa.

Demokrasi vs Islam

Eits, kenapa kita sekarang ngomongin Islam? Jawabnya, karena Islam adalah agamanya emak gue. Dan bukan cuma itu, Islam juga agamanya kakek gue, nenek gue, n bapak gue. Dan yang jauh lebih penting, gue, lo semua, n mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Apa hubungannya Islam dengan sistem pemerintahan? Karena kita orang Islam, maka kita musti meyakini kalo Islam itu adalah aturan yang langsung datang dari Dia Yang Menciptakan kita, dan aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Artinya, sistem pemerintahan pun juga diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman :

Wahai orang-orang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh” (TQS Al Baqarah (2):208)

Masalahnya sekarang apakah sistem demokrasi yang sekarang kita terapkan udah sesuai dengan aturan mulia diinul Islam? Jawabnya tidak. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam.

Seperti yang udah kita ketahui, prinsip pokok demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Akhirnya, perkara benar atau salah ditentukan berdasarkan suara terbanyak atas nama suara rakyat mayoritas. Gawatkan??? Gimana kalo seandainya ada suatu negara yang mayoritasnya adalah rampok, maka bisa jadi merampok diperbolehkan asal sesuai dengan peraturan dan perundang—undangan yang disepakati bersama. Misalnya akhirnya nanti boleh aja merampok asal gak mengganggu orang yang dirampok (emang bisa??).

Kalo dalam Islam sangat jelas bahwa kedaulatan bukan di tangan rakyat, tapi di tangan syariah (hukum Allah). Hanya Allah lah yang berhak membuat hukum dan aturan bagi manusia. Sebagaimana tercantum dalam Qur’an :

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (TQS. al-An’am (6) : 57)

Artinya, segala macam peraturan pemerintahan harus merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul. Manusia gak diijinkan bikin aturan mereka sendiri, karena itu artinya manusia berani bersikap sombong kepada Yang Menciptakan mereka. Bayangkan jika Allah udah menciptakan aturan yang sempurna bagi makhluknya yaitu Islam, tapi dengan entengnya manusia ngomong ‘Ya Tuhan, yang menjalani kehidupan ini kan kami,, oleh karena itu kami sendiri yang musti bikin aturan main sendiri, gak perlu Engkau ngatur-ngatur kami ya Tuhan, oke?’ Heh, apa itu gak kurang ajar?

Kalo kita amati, demokrasi juga jelas gak berpihak sama Islam. Misalnya pada masalah HAM yang merupakan salah satu bagian dari demokrasi. Dalam teori HAM siapapun memiliki hak asasi yang harus dihormati dan dilindungi. Siapapun boleh ngelakuin apasaja dengan alasan ‘itu hak gue’. Bahkan atas nama HAM, pelaku kejahatan, perzinahan dan homoseksual dan pelaku pornografi dan pornoaksi boleh aja teriak-teriak menuntut hak asasi mereka, dengan alasan mereka juga manusia. Muncul pula UU yang sarat dengan liberalisme yang mengokohkan kemaksiatan ini. Belum lagi ajaran sesat macam Ahmadiyah yang tak mampu dibubarkan dengan alasan HAM. Prinsip demokrasi yang memutlakan pengakuan terhadap liberalisme dan HAM telah menjadi pintu kerusakan moral atas nama kebebasan.

Namun, kenapa ketika ratusan ribu umat Islam di Irak dan Afganistan dibantai dengan sadis oleh Amerika (negara pencetus HAM?) hal itu dibiarkan saja!? Padahal alasan yang digunakan untuk menggempur sangat gak masuk akal, yaitu perang melawan terorisme atau atas nama demokrasi. Benar-benar Bush-uk!

Amerika, negara pencetus HAM jugalah yang begitu mendiskreditkan Islam dengan sebutan teroris. Tak ada kebebasan bagi umat Islam ketika berjilbab dilarang dan masjid-masjid dilempari kotoran di negara-negara Eropa.

Demokrasi juga gak memberi toleransi untuk umat Islam yang ingin menerapkan Islam. Contoh paling nyata, Hamas yang jelas menang pemilu secara demokratis di Palestin gak diakui kemenangannya, malahan diperangi. Lalu ketika masyarakat ingin ada perda mengenai Islam, misalnya perda miras, zakat, dan anti pornografi maka itu akan ditentang habis-habisan dengan alasan aturan-aturan kayak gitu dibuat untuk memaksakan kepentingan Islam semata.

Jadi ada dua sebab kenapa demokrasi itu haram. Pertama, demokrasi telah menjadi ‘tuhan baru’ yang menjerumuskan umat Islam pada kekufuran, yang memaksa untuk mengakui bahwa Tuhan tak pantas untuk mengatur manusia. Yang kedua demokrasi telah menjadi alat penjajahan untuk menghancurkan umat Islam baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Dengan adanya demokrasi di negeri-negeri Islam, Barat dapat dengan mudah mengontrol agar Islam takkan pernah bisa tegak dan Barat bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam kita serta mengekspor budayanya!

Begitulah, Islam tak mendapat tempat dalam demokrasi. Begitu juga seharusnya kita sebagai umat Isam harus menganggap demokrasi sebagai musuh berat yang terus mengancam dan takkan pernah memaafkan sang musuh ini.

Islam = Kesejahteraan

Apakah sistem pemerintahan Islam mampu mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan rakyat? Emang!!! Sistem Negara Islam yang dikenal dengan Khilafah udah terbukti mantap coy. Selama 14 abad Islam berjaya dalam Khilafah, malahan gak pernah terjadi krisis global kayak sekarang ini.

Dengan aturan langsung dari Allah SWT, dilahirkan para pemimpin yang takut kepada Allah sehingga mereka bakalan berusaha sekuat tenaga memakmurkan rakyatnya sesuai koridor syari’ah. Contohnya diantara pemimpin-pemimpin itu adalah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasyid, Mu’tashim Billah, dll.

Dan umat berada pada masa penuh kegemilangan, bukan hanya dalam urusan materi, namun juga dalam peradaban, pengetahuan, kekuatan negara, yah pokoknya semua bidanglah! Semua itu berhasil didapat tanpa ada ribut-ribut masalah kebebasan berpendapat, HAM, kesetaraan gender, atau hal-hal busuk lain yang berbau demokrasi. Umat Islam meraih itu utamanya juga karena mereka hamba Allah yang sangat bertakwa, mengarungi kehidupan tak hanya demi mendapatkan materi, tapi juga untuk keselamatan di akhirat nanti.

Kesejahteraan Islam masa itu takkan habis diceritakan di sini. Silakan aja baca buku-buku terkait kehebatan negara super power Khilafah Islam waktu dulu, dan kalian bakal ternganga saking kagumnya.

Namun kenyataan sejarah itupun hanya ada di masa lalu bukan? Bagaimana dengan sekarang? Ketika umat begitu terpuruk dalam sistem demokrasi yang sudah jelas rusak ini, akankah kita cuma bisa menostalgiakan kembali kejayaan masa lampau? Apakah kita cuma bisa ketawa-ketawa aja ngelihat berita caleg gagal masuk rumah sakit jiwa?

Ketika kita mengetahui kondisi sedang terjajah seperti ini, maka diam bukanlah sebuah solusi. Singkirkan demokrasi, bergeraklah untuk melakukan revolusi! Bergabunglah dalam perjuangan ini jika berani. Tujuan kita pasti, bawa Islam berjaya kembali.

Just duit! Dari duit, oleh duit, untuk duit.

It’s democrazy capitalism.

I hate this game!!!

(Bukannasionalis)





Hampanya Peringatan Maulid

27 06 2009

Seperti biasa pada bulan Rabiul Awal dimana-mana banyak orang-orang yang sibuk mempersiapkan suatu peringatan.. Mulai dari masjid-masjid atau mushalla, di kampoeng maupun kota, kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, sekolah-sekolah, dan instalasi-instalasi lainnya begitu sibuk menyiapkan acara ini. Peringatan apakah itu?

Ya, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, Muhammad bin Abdullah, dilahirkan ke dunia yang akan disinarinya sepanjang masa, setelah masa kejahiliyahan yang kelam menyelubungi umat manusia khususnya bangsa Arab pada waktu itu. Siapakah orang yang begitu istimewa ini, sehingga hari kelahirannya selalu diperingati umat Islam se-dunia??

Dialah pemilik akhlak yang paling mulia. Nabi Muhammad SAW tercinta, yang tutur katanya sangat manis, bahkan kepada seorang Yahudi buta yang sering menghina beliau. Yang memiliki kejujuran tiada bandingannya sehingga dijuluki al-amin. Merupakan tauladan sempurna, sebagai kepala negara yang bijaksana lagi adil, panglima perang yang cerdas dalam strategi, suami yang selalu bersikap lemah lembut kepada isterinya, sahabat yang paling setia dan peduli, ayah yang dikagumi anak-anaknya. Disegani kawan maupun lawan, bahkan orang kafir pun pernah mencantumkan nama beliau pada tingkat teratas dalam daftar orang-orang yang paling berpengaruh di dunia. Yang paling penting, beliau adalah utusan Allah SWT sebagai pembawa kabar gembira untuk umat manusia, penyampai agama Islam, dien yang sempurna bagi kehidupan manusia.

Itu baru sedikit profil dari Muhammad SAW yang begitu luar biasa, dan sudah cukup untuk dijadikan alasan mengapa hari kelahiran beliau patut untuk diperingati.

***

Suara rebana atau gendang (apalah namanya saya lupa,hehe) yang dipukul dengan semangat saling bersahutan, seirama dengan shalawat dan syair pujian-pujian kepada Nabi Muhammad yang dibacakan dengan nada merdu. Semuanya dengan khidmat mendengarkan.

Acara dilanjutkan pada sesi ceramah. Ustadz yang sengaja diundang dari luar daerah menyampaikan materi mengenai sifat-sifat baik yang ada pada diri Rasulullah dan sirah perjuangan hidup beliau dalam berdakwah. Masih ada yang asyik menyimak sambil manggut-manggut, namun sebagian sudah tidur ayam, sambil menggumam kapan sang ustadz mengakhiri pembicaraan, menunggu saat-saat paling dinantikan. Dan saat itu pun akhirnya tiba juga, setelah sekian lama dirindukan! Yaitu pembagian konsumsi oleh panitia… dan ketika sudah kenyang, pulang dan terkapar di atas ranjang dengan sukses (semoga kita bukan orang-orang seperti ini).

Ya, itulah fenomena yang sungguh sangat disayangkan selalu terjadi pada perayaan Maulid Nabi saat ini. Orang-orang telah banyak yang salah kaprah, menyangka bahwa peringatan Maulid Nabi ini cuma sekadar acara yang wajib dirayakan tiap tahun. Setelah selesai acara dilaksanakan maka sudahlah, bagaikan tak terjadi apa-apa. Padahal dana dan tenaga panitia yang dikerahkan pun tak sedikit. Namun tiap tahunnya acara ini cuma sebagai peringatan seremonial belaka, kering dari makna dan tujuan sebenarnya. Sia-sia… dan hampa…

***

Ingat, kelahiran Muhammad saw. bukan hal yang istimewa seandainya beliau tidak diangkat sebagai nabi dan rasul Allah, yang bertugas untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia agar mereka mau diatur dengan aturan apa saja yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi-Nya itu. Karena itu, Peringatan Maulid Nabi saw. pun tidak akan bermakna apa-apa—selain sebagai aktivitas ritual dan rutinitas belaka—jika kaum Muslim tidak mau diatur oleh wahyu Allah, yakni al-Quran dan as-Sunnah, yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ke tengah-tengah mereka.

Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, terimalah; apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr [59]: 7).

Lebih dari itu, pengagungan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad saw., sejatinya merupakan perwujudan kecintaan kepada Allah, karena Muhammad saw. adalah kekasih-Nya. Jika memang demikian kenyataannya maka kaum Muslim wajib mengikuti sekaligus meneladani Nabi Muhammad saw. dalam seluruh aspek kehidupannya, bukan sekadar dalam aspek ibadah ritual dan akhlaknya saja. Allah Swt. berfirman:

Katakanlah, ’Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku.’” (QS Ali Imran [3]: 31).

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah…” (QS. Al Ahzab 21)

Dan karena tak memahami makna dan tujuan Maulid Nabi ini, tak heran, banyak orang Islam yang mengaku cinta pada Rasul tetapi tak sedikitpun berupaya memperbaiki diri mereka. Akhlak mereka jauh dari akhlak muslim sejati. Berkata-kata kasar dan sangat tidak sopan, memaki dan membicarakan keburukan orang lain bahkan teman sendiri merupakan hal yang biasa. Sangat bertentangan dengan sifat Nabi Muhammad yang selalu berkata-kata sopan bahkan kepada orang yang memusuhinya.

Mengaku merindukan Nabi Muhammad, tetapi lebih suka menjadikan Barat sebagai kiblat gaya hidup dibanding kehidupan Rasulullah yang sederhana dan bersahaja. Mereka lebih suka mengidolakan sosok artis-artis, dan mau-maunya dibodohi dengan mengikuti segala style mereka, termasuk meniru cara berpakaian mereka yang menonjolkan aurat. Kewajiban berjilbab yang ditegaskan Rasulullah tak mereka pedulikan sama sekali.

Banyak orang yang mengaku umat Nabi Muhammad, tapi tak ada kemarahan sedikitpun dalam dirinya ketika sang junjungan dihina secara biadab oleh kaum kafir. Tak ada kemarahan ketika mengetahui umat Rasulullah lainnya dibantai bagai hewan kurban oleh zionis laknatullah di Palestina. Anehnya, mereka jauh lebih marah ketika ditegur temannya agar tidak berpacaran, merasa dongkol ketika diberitahu bahwa valentine itu haram, dan mengejek temannya yang mengajak dirinya sholat. Mereka lebih tidak menyukai teman-teman seakidahnya yang berusaha memenuhi seruan Nabi untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dibanding kaum kafir penjajah Amerika.

Para pemimpin pada setiap peringatan maulid selalu mengatakan dalam pidatonya, ’mari kita teladani Nabi Muhammad’, tetapi kenyataannya mereka mengkhianati Rasul SAW dengan mencampakkan hukum-hukum Islam. Dengan tangan kotornya mereka memaksa umat Islam mengikuti aturan bobrok buatan manusia semacam demokrasi. Mereka juga lebih mementingkan kepuasan mereka sendiri, dibanding kesejahteraan rakyatnya. Jelas berlawanan dengan kepemimpinan Rasulullah yang menerapkan syariah sepenuhnya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus demi mensejahterakan rakyatnya.

Padahal, Rasulullah sangat mencintai umat Islam sampai-sampai di akhir hayat beliau kata-kata yang diucapkan adalah ”umatku, umatku, umatku”. Apakah kita tak mau membalas untuk mencintai beliau dengan menaati beliau? Tentu saja, menaati di sini maksudnya adalah menerapkan semua ajaran beliau pada seluruh aspek kehidupan, tak hanya dalam masalah akhlak dan ibadah ritual tetapi juga aturan Islam dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum, dan pemerintahan.

(Oruzgan al-Banna)





Reformasi Sudah Gagal, Bung!!!

27 06 2009

Mei 1998. Sudah 11 tahun yang lalu, ketika para pemuda turun ke jalan, meneriakkan perubahan karena sudah bosan dipimpin oleh rezim yang otoriter, mengekang kebebasan, plus sarat korupsi yang membuat negara makin miskin dan terjerat hutang. Saatnya reformasi!!! Dengan aksi heroik mereka yang sempat menguasai gedung DPR/MPR, maka sang diktator pun akhirnya meletakkan jabatannya sebagai penguasa negeri ini. Walaupun harus dibayar mahal dengan beberapa nyawa mahasiswa yang gugur dalam Tragedi Trisakti, berakhirlah rezim orde baru yang digantikan dengan masa reformasi hingga sekarang. Tapi sayangnya, seperti yang kita semua ketahui, hingga sekarang reformasi yang diinginkan membawa perubahan hakiki sama sekali tak menghasilkan apa-apa. Yang ada, keadaan negeri ini malah semakin terpuruk. Lihatlah hutang luar negeri Indonesia yang jumlahnya terus membengkak tiap tahun. Kalau jumlah hutang tersebut dibagi dengan 230 juta penduduk Indonesia, maka untuk melunasi hutang ini setiap orang harus membayar sebesar 100 juta rupiah lebih! Pada tahun ini, sekitar 10,24 juta rakyat masih menganggur dan 33 juta lebih hidup di bawah garis kemiskinan. Lalu, 90% kekayaan migas kita sudah dikuasai oleh asing, belum lagi sumber daya yang lain. Padahal, kekayaan alam kita yang melimpah ini seharusnya lebih dari cukup untuk memakmurkan seluruh rakyat. Ini baru kenyataan di bidang ekonomi, yang menunjukkan bahwa kita sebenarnya makin menjauh dari kata ’bangkit’ setelah 100 tahun kebangkitan nasional. Setelah 11 tahun reformasi! Reformasi yang diyakini akan mengganti pemimpin dengan yang lebih baik, nyatanya juga hanya pepesan kosong belaka. Penguasa yang ada sekarang ini justru sama saja membebeknya kepada pihak asing (Barat). Mereka tunduk pada kepentingan-kepentingan Barat, tak beda dengan budak yang mau disuruh apa saja oleh sang majikan. Undang-undang yang mereka hasilkan semuanya sarat dengan intervensi asing seperti UU yang membolehkan asing menguras SDA kita. Sedangkan kepentingan rakyat tak mereka pikirkan lagi. Seperti masalah pendidikan, yang digratiskan hanya sampai SMP, namun tetap saja mahal ketika kita memasuki SMA dan kuliah sehingga masih banyak yang putus sekolah. Biaya kesehatan yang diluar akal sehat, membuat orang tak mampu berobat ke rumah sakit. Maka benarlah pepatah terkenal yang berbunyi : Orang miskin tidak boleh pintar dan juga dilarang sakit. Inilah hasil reformasi. Adakah lagi yang tak berani meneriakkan bahwa reformasi telah gagal???

***

Kenapa reformasi bisa gagal? Ini karena perubahan yang dilakukan reformasi adalah perubahan yang bersifat parsial atau sebagian saja, bukan perubahan yang komprehensif. Ketika reformasi terjadi, yang diganti adalah pemimpinnya saja, tapi sistem yang diterapkan tetap saja sama yaitu sistem bobrok demokrasi. Padahal sebagus apapun pemimpinnya tetap saja kita takkan bangkit jika sistemnya terbukti sudah karatan dan buruk. Diibaratkan sebuah mobil, pemimpin adalah sopirnya sedangkan sistem adalah mobil yang digunakan. Misalnya mobil yang digunakan adalah bajaj butut, siapapun yang mengendarainya tetap saja tidak dapat memacu sang bajaj dengan kencang, walau sang sopir adalah Fernando Alonso atau Michael Scumaccher sang juara F1 sekali pun! Begitu juga Indonesia, yang tengah mengendarai mobil butut bernama demokrasi, sehingga Indonesia bukannya makin cepat menuju kebangkitan namun jalannya malah mundur ketika seharusnya menanjak. Namun kendaraan bobrok demokrasi ini tetap saja tak diganti. Makanya berapa kali pun mengadakan reformasi untuk mengganti pemimpin pasti tetap akan sia-sia. Berapa kali pun mengadakan pemilu untuk mengganti pemimpin, juga takkan ada perubahan. Yah, bicara soal pemilu kalaupun ada perubahan paling hutang kita yang jumlahnya terus menumpuk, kemiskinan terus bertambah, mati karena kelaparan makin meningkat, atau perubahan caleg waras menjadi stres dan gila seperti pemilu tadi.

***

Tentu kita tak butuh reformasi lagi. Apa yang kita butuhkan sekarang adalah revolusi. Ya, perlukah kami teriakkan sekali lagi ke lubang telinga kalian, bahwa kita butuh revolusi, bung! Revolusi jelas berbeda dengan reformasi. Revolusi dan reformasi memang sama-sama mengharuskan perubahan terjadi secara cepat, namun perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah, revolusi menginginkan perubahan secara radikal dan menyeluruh. Bukan perubahan yang setengah-setengah seperti reformasi. Hanya dengan revolusi kita bisa bangkit karena revolusi akan mengubah tak hanya rezim kepemimpinan yang payah namun juga sistem rusak yang diterapkan saat ini. Sistem demokrasi kufur ini akan diganti dengan sistem Islam yang jauh lebih baik dan sudah terbukti mampu mensejahterakan rakyat. Sistem demokrasi yang mengharuskan kita menggunakan aturan buatan manusia ini memang mesti diganti dengan sistem Islam yang menerapkan hukum-hukum Allah semata sebagai pemenuhan kewajiban kita untuk taat pada seluruh aturan-Nya. Maha benar firman-Nya dalam Qur’an :

“Apakah hukum-hukum jahiliyyah yang kalian kehendaki? Adakah hukum yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(Al-Maidah ayat 50)

Jadi, tema besar revolusi ini, adalah revolusi Islam. Yakinlah hanya ini satu-satunya solusi agar kita mampu berubah dan bangkit dari keterpurukan, menuju kegemilangan seperti 14 abad khilafah pernah ditegakkan. Lalu bagaimana caranya? Yang jelas, revolusi Islam adalah revolusi damai, tak harus terjadi adegan kekerasan yang biasa terjadi di film-film hollywood. Caranya, tentu kita harus mencontoh revolusioner terhebat yang pernah ada, yaitu Muhammad SAW. Beliau memulai revolusi Islam dengan melakukan dakwah tanpa menyerah untuk merevolusi pemikiran penduduk Mekkah, walaupun saat itu beliau kesulitan dan beralih melakukan revolusi itu tadi kepada penduduk Madinah. Tentu kita tahu Mush’ab bin Umair, orang Mekkah yang berhasil direvolusi pemikirannya diutus untuk merevolusi pemikiran suku-suku di Madinah yang sebelumnya terpecah belah sehingga mau bersatu dan bersedia menyambut rombongan hijrah kaum Muslimin. Ketahuilah, saat itu terbentuk awal dari kekuatan yang sangat besar, yaitu kekuatan umat Islam. Maka saksikanlah ketika Nabi Muhammad memegang tampuk pimpinan sebagai kepala negara, yang diserahkan dengan rela dan suka hati oleh seluruh penduduk Madinah. Dan simaklah saat beliau dan kaum Muslimin menaklukkan Mekkah tanpa ada tetes darah sedikitpun. Sehingga lihatlah bagaimana beliau akhirnya mampu merevolusi masyarakat Arab yang jahiliyah menjadi masyarakat berperadaban tinggi. Jadi, revolusi pemikiran, itulah hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. Kita ganti pemikiran-pemikiran rusak seperti nasionalisme, pluralisme, liberalisme, hedonisme, atau bahkan komunis menjadi pemikiran yang berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah saja. Pemikiran Islam yang telah kukuh tentu akan menuntut kita agar selalu menaati semua perintah-Nya, sehingga kita akan gelisah jika tak bergerak untuk berjuang supaya syari’ah Islam bisa diterapkan sepenuhnya pada seluruh aspek kehidupan. Ideologi Islam yang tertanam pada kita akan membuat kita tak bisa tenang sampai kita berhasil melakukan revolusi Islam! Jadi, tunggu apalagi kalau sudah begini???

***

Kami menulis ini bukan berarti tak menghormati para pahlawan reformasi. Tentu saja kami salut akan keberanian mereka yang rela mempertaruhkan nyawa demi mewujudkan perubahan pada bangsa ini. Walaupun pada kenyataannya perubahan itu tak kunjung datang. Orang dengan semangat sangat besar untuk berubah seperti mereka harusnya akan sadar seandainya tahu reformasi yang mereka lakukan telah gagal, maka revolusilah satu-satunya pilihan tersisa. Yang jelas tak menghormati mereka bukankah justru kebanyakan pemuda sekarang ini? Lihatlah, generasi muda, sempoyongan karena mabuk-mabukkan, terbuai dalam hawa nafsu pacaran sampai menjurus perzinahan, sakit-sakitan karena obat-obatan, sering bolos dan mengabaikan pelajaran sehingga jadi tak berpendidikan. Mungkinkah ini terjadi karena ada yang berpikiran, ”Ah, sekarang kan masa reformasi, jangan sia-siakan pengorbanan pejuang reformasi mari kita nikmati kebebasan sekarang sepuas-puasnya.” Heh, ini artinya mengkhianati harapan pahlawan, disamping menantang agar kita mendapat azab pedih karena senang-senang saja bermaksiat. Atau, ada juga yang berkata : ”Nikmatilah masa muda kita ini dengan senang-senang, mumpung masih segar.” Haha, sungguh pemikiran bodoh! Apakah kita lupa kalau dulu yang berada pada garis terdepan dalam menggaungkan reformasi justru hanyalah pemuda yang tak jauh beda umurnya dengan kita? Berpikirlah! Bukan hal yang mustahil saatnya giliran kita melakukan hal yang lebih besar dari itu, yaitu revolusi. Maka, berpikirlah dengan pemikiran Islam, lakukan revolusi Islam. Wallahu’alam bishshawab. (Oruzgan al-Banna)

Justru tujuanlah yang membedakan setiap gerakan.
Maka pernyataan : Revolusi atau Reformasi
Adalah sama dengan pernyataan : Jadi atau tidak jadi!

(Rosa Luxemburg)